Mengenal Surat Berharga Negara (SBN) sebagai Pilihan Investasi Aman

Jika kamu sedang mencari instrumen investasi yang aman dan menawarkan keuntungan stabil, Surat Berharga Negara (SBN) bisa menjadi pilihan yang sangat menarik. SBN adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah untuk membiayai berbagai proyek atau program penting. Dengan membeli SBN, uang yang kamu keluarkan akan digunakan oleh pemerintah untuk mendanai kebutuhan negara. Sebagai imbal hasilnya, kamu akan menerima kupon sesuai dengan besaran yang telah ditetapkan.

Investasi di SBN terbilang aman karena dijamin langsung oleh pemerintah. Namun, sebelum memutuskan untuk berinvestasi, kamu perlu memahami beberapa istilah penting terkait SBN. Berikut penjelasannya:

1. Kupon

Kupon merujuk pada imbal hasil yang diberikan oleh pemerintah kepada investor. Besaran kupon ini dinyatakan dalam persentase. Setiap kali pemerintah menerbitkan SBN, mereka akan menentukan besaran kupon yang berlaku untuk seri tertentu.

Ada dua jenis kupon yang umum ditemui dalam SBN ritel:

  • Floating with floor: Kupon yang mengambang dengan batas minimal. Imbal hasil bisa berubah mengikuti suku bunga acuan Bank Indonesia (BI 7 Day Reverse Repo Rate), tetapi pemerintah menetapkan batas bawah agar kamu tetap mendapatkan keuntungan minimal.
  • Fixed rate: Kupon yang tetap sejak awal hingga jatuh tempo. Contohnya, jika kupon ditetapkan sebesar 5,7% per tahun, maka kamu akan menerima imbal hasil tersebut hingga masa jatuh tempo tiba.

2. Tenor

Tenor atau jatuh tempo adalah durasi waktu yang menentukan berapa lama kamu harus berinvestasi. SBR dan ST memiliki tenor 2 tahun, sementara ORI dan SR memiliki tenor 3 tahun. Setelah masa tenor berakhir, modal kamu akan dikembalikan sepenuhnya.

3. Masa Penawaran

Masa penawaran adalah periode di mana kamu bisa membeli SBN. Biasanya, masa penawaran berlangsung selama sekitar tiga minggu dari tanggal rilis. Jadi, kamu tidak bisa membeli SBN setiap saat, hanya selama masa penawaran.

4. Tanggal Penetapan

Setelah masa penawaran berakhir, pemerintah akan menetapkan jumlah pesanan yang masuk. Proses ini biasanya dilakukan beberapa hari setelah masa penawaran berakhir.

5. Setelmen

Setelmen adalah tahap akhir dari transaksi pembelian SBN. Pada masa ini, investor akan tercatat sebagai pemilik SBN berdasarkan seri yang diterbitkan. Kupon mulai dihitung sejak tanggal setelmen.

6. Kuota

Kuota mengacu pada batas maksimum nilai pembelian SBN per individu. Minimal pembelian adalah Rp1 juta, dan maksimalnya adalah Rp3 miliar per individu. Kamu bisa membeli SBN berkali-kali selama masa penawaran masih berlangsung, tetapi kuota maksimal tetap berlaku untuk setiap seri SBN.

7. Tradable vs Non-Tradable

Beberapa SBN dapat diperdagangkan di pasar sekunder, sementara yang lain tidak bisa. SBN yang tradable seperti ORI dan SR bisa diperjualbelikan setelah tiga bulan dari masa penawaran. Hal ini memberi peluang untuk mendapatkan capital gain atau capital loss tergantung kondisi pasar. Sementara itu, SBR dan ST tidak bisa diperdagangkan di pasar sekunder, tetapi bisa dicairkan lebih awal melalui fasilitas early redemption.

8. Early Redemption

Fasilitas early redemption memungkinkan kamu untuk mencairkan SBR atau ST sebelum jatuh tempo. Namun, kamu hanya bisa mencairkan maksimal 50% dari total kepemilikan. Misalnya, jika kamu memiliki SBR senilai Rp10 juta, kamu hanya bisa mencairkan Rp5 juta. Minimal kepemilikan untuk melakukan early redemption adalah Rp2 juta.

9. Mitra Distribusi (Midis)

Pemerintah menggunakan mitra distribusi atau midis untuk menjual SBN ritel ke masyarakat. Beberapa platform yang menyediakan layanan pembelian SBN antara lain aplikasi Tanam Duit, Bibit, BNI Sekuritas, Mandiri Sekuritas, dan lainnya. Dengan adanya midis, kamu bisa lebih mudah mengakses investasi SBN secara digital.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *