Perbedaan Antara Keracunan Makanan dan Flu Perut

Diare, mual, dan muntah sering kali muncul secara tiba-tiba, membuat banyak orang langsung mengira penyebabnya adalah makanan terakhir yang dikonsumsi. Namun, gejala-gejala ini tidak selalu berasal dari keracunan makanan. Bisa jadi kondisi tersebut disebabkan oleh flu perut atau viral gastroenteritis. Meski keduanya memiliki gejala serupa, seperti peradangan pada saluran pencernaan, penyebab, risiko, dan waktu munculnya gejala berbeda.

Apa Saja Penyebab Keracunan Makanan dan Flu Perut?

Keracunan makanan umumnya terjadi akibat konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, virus, atau racun. Sumber umum keracunan makanan termasuk makanan laut setengah matang seperti sushi atau kerang. Selain itu, makanan yang tidak disimpan atau dimasak dengan benar juga bisa menjadi penyebab. Beberapa bakteri seperti Salmonella dan E. coli dapat menyebabkan gejala dalam beberapa jam hingga hari.

Sementara itu, flu perut disebabkan oleh virus seperti norovirus, rotavirus, atau adenovirus. Virus-virus ini menyebar mudah melalui berbagai jalur penularan, termasuk kontak langsung atau melalui permukaan yang terkontaminasi. Kondisi ini sering terjadi di tempat-tempat ramai seperti sekolah atau lingkungan kerja. Misalnya, wabah norovirus bisa terjadi karena kurangnya kebersihan tangan dan permukaan yang tidak terjaga.

Makanan yang tampak dan berbau normal pun bisa membawa bakteri berbahaya. Hal ini terjadi karena bakteri patogen berbeda dengan bakteri pembusuk yang membuat makanan basi.

Perbedaan Gejala dan Waktu Inkubasi

Meskipun kedua kondisi ini sama-sama menyebabkan mual, muntah, kram perut, dan diare, ada beberapa perbedaan tambahan. Flu perut biasanya disertai demam ringan, nyeri otot, dan kelelahan. Sementara itu, keracunan makanan cenderung muncul lebih mendadak.

Untuk keracunan makanan akibat bakteri penghasil racun, gejala bisa muncul hanya dalam 1–6 jam. Infeksi Salmonella membutuhkan waktu 12–72 jam, sedangkan E. coli bisa butuh 1–8 hari sebelum gejala muncul. Sebaliknya, flu perut akibat virus seperti norovirus biasanya menunjukkan gejala dalam 1–3 hari setelah paparan.

Penting untuk memperhatikan lamanya gejala karena diare yang berkepanjangan bisa menjadi tanda awal penyakit lain seperti kanker kolorektal. Oleh karena itu, jika gejala tidak kunjung membaik, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.

Cara Menangani Gejala

Sebagian besar kasus keracunan makanan atau flu perut bersifat ringan dan dapat sembuh sendiri dalam beberapa hari dengan istirahat serta cukup cairan. Namun, jika diare atau muntah berlangsung lebih dari tiga hari, disertai demam tinggi di atas 38,5 derajat Celsius, atau tanda dehidrasi berat, segera cari pertolongan medis.

Dr Lee juga menekankan pentingnya waspada terhadap nyeri perut hebat atau adanya darah dalam muntah maupun tinja. Gejala yang berlangsung berminggu-minggu tidak boleh dianggap sebagai infeksi lambung biasa. Kondisi ini bisa menjadi tanda awal masalah serius, termasuk kanker kolorektal.

Pentingnya Pemeriksaan Dini

Pemeriksaan dini seperti tes patogen gastrointestinal dapat membantu mengidentifikasi penyebab spesifik dalam hitungan jam. Tes ini memungkinkan penanganan yang tepat sesuai jenis infeksi yang terjadi. Dengan menjaga kebersihan tangan, peralatan dapur, serta menyimpan makanan pada suhu yang benar, risiko keracunan makanan maupun flu perut dapat diminimalkan.

Kesimpulan

Keracunan makanan dan flu perut sama-sama mengganggu sistem pencernaan, tetapi perbedaannya terletak pada penyebab, cara penularan, kecepatan gejala muncul, dan tingkat keparahan. Jika gejala muncul tiba-tiba setelah makan, kemungkinan besar itu keracunan makanan. Sementara itu, gejala yang muncul lebih bertahap dengan demam dan pegal-pegal biasanya mengarah ke flu perut.

Jika gejala menetap lebih lama dari biasanya atau disertai tanda bahaya, segera konsultasikan ke dokter untuk mencegah komplikasi serius.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *