Serangan Cepat Israel ke Doha: Operasi Militer yang Menggegerkan Dunia
Serangan militer Israel terhadap ibu kota Qatar, Doha, pada Selasa (9/9/2025) lalu, menimbulkan reaksi internasional yang sangat keras. Operasi tersebut dianggap sebagai tindakan yang tidak hanya melanggar kedaulatan negara tetapi juga memicu ketegangan diplomatik antara berbagai pihak yang terlibat.
Menurut laporan yang diperoleh dari sumber-sumber pemerintah AS, serangan ini dilakukan dengan menggunakan delapan jet tempur F-15 dan empat jet F-35. Tujuan utamanya adalah menghancurkan target-target tertentu di dalam kota Doha. Meski demikian, alasan resmi dari Israel adalah bahwa serangan tersebut ditujukan untuk menghentikan aktivitas pemimpin-pemimpin Hamas yang disebutnya terlibat dalam perencanaan serangan terhadap warga Israel.
Operasi ini dilakukan secara cepat, sehingga pihak AS tidak memiliki waktu cukup untuk menghentikan tindakan Israel. Seorang pejabat senior pertahanan AS menyebut operasi tersebut sebagai “benar-benar tak terbayangkan”, karena pemberitahuan tentang serangan hanya diberikan beberapa menit sebelum rudal diluncurkan. Hal ini membuat pihak AS tidak bisa melakukan intervensi apapun.
Penggunaan Rudal Balistik dari Laut Merah
Laporan menunjukkan bahwa rudal balistik yang digunakan dalam serangan tersebut diluncurkan dari udara yang ditembakkan dari atas Laut Merah. Pihak AS berhasil mendeteksi target serangan Israel melalui sensor berbasis ruang angkasa yang mampu mendeteksi tanda panas dari rudal tersebut. Ini menunjukkan tingkat kemajuan teknologi yang digunakan dalam operasi tersebut.
Serangan ini terjadi tepat saat para pemimpin Hamas sedang berkumpul untuk membahas proposal gencatan senjata yang didukung oleh AS. Tindakan Israel dianggap sebagai tindakan yang sangat tidak sopan dan dapat menghambat proses perdamaian di kawasan tersebut.
Reaksi Internasional terhadap Serangan
Perdana Menteri Qatar menyebut serangan itu sebagai aksi “teror negara” dan mengecam tindakan Israel secara langsung. Sementara itu, Dewan Keamanan PBB memberikan pernyataan resmi yang mengutuk serangan tersebut dan menyatakan solidaritas dengan Qatar. Pernyataan ini didukung oleh AS, meskipun ada ketegangan dalam hubungan bilateral antara Washington dan Tel Aviv.
Komentar Menteri Luar Negeri AS
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menyampaikan komentar terkait serangan tersebut. Ia menyatakan bahwa akan membahas dampak serangan Israel terhadap Doha dengan pejabat Israel. Meski mengakui bahwa AS tidak senang dengan tindakan Israel, ia menekankan bahwa hubungan dengan Israel tetap kuat dan tidak akan terganggu oleh insiden ini.
Rubio juga menyatakan bahwa Presiden Donald Trump tidak puas dengan keputusan Israel untuk menargetkan pemimpin Hamas di tanah Qatar. Namun, ia menegaskan bahwa AS akan tetap mendukung Israel dalam hal-hal strategis, termasuk permintaan untuk segera melepaskan tawanan yang ditahan di Gaza.
Peran Qatar dalam Negosiasi Gencatan Senjata
Qatar, yang telah menjadi mediator penting dalam negosiasi gencatan senjata, mengecam serangan Israel sebagai pelanggaran terhadap kedaulatannya. Negara ini telah berperan aktif dalam upaya menciptakan perdamaian antara Israel dan kelompok-kelompok Palestina, termasuk Hamas.
Hamas sendiri mengonfirmasi bahwa para pemimpin mereka selamat dari serangan tersebut, meskipun beberapa anggota organisasi tersebut tewas. Kelompok ini menegaskan kembali komitmennya terhadap inisiatif gencatan senjata terbaru yang diajukan pada Agustus 2025. Mereka menyatakan siap untuk terlibat dalam setiap proposal yang dapat mengarah pada gencatan senjata permanen dan penarikan penuh Israel dari wilayah Gaza.
Kesimpulan
Serangan Israel ke Doha telah memicu reaksi luas baik dari negara-negara regional maupun internasional. Meski AS menunjukkan ketidakpuasan, dukungan terhadap Israel tetap berlangsung. Sementara itu, Qatar dan Hamas terus berusaha mencari solusi damai, meski situasi politik dan militer di kawasan tetap membara.