Angka Kasus HIV di Toraja Utara yang Menurun dan Tantangan Penanganan
Jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Toraja Utara menempati posisi kelima terbanyak di Sulawesi Selatan. Data Dinas Kesehatan Sulsel mencatat bahwa sepanjang Januari hingga Agustus 2025, terdapat 1.214 kasus baru. Wilayah dengan angka tertinggi adalah Makassar dan Gowa. Sementara itu, Toraja Utara mencatatkan 42 kasus dalam periode tersebut.
Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Toraja Utara, Yety Bato Payung Allo, menyebutkan bahwa hingga September 2024, jumlah pasien baru mencapai 66 orang. Namun, data untuk Oktober dan awal November belum sepenuhnya direkap.
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kasus HIV di Toraja Utara terus mengalami penurunan. Pada 2023, tercatat 189 kasus. Di periode Januari hingga Juni 2024, terdapat tambahan 32 kasus baru. Sementara itu, pada 2023, ada 11 korban meninggal akibat HIV/AIDS, yaitu delapan laki-laki dan tiga perempuan dengan usia antara 26 hingga 48 tahun. Hingga September 2024, korban meninggal karena HIV adalah laki-laki berusia 35 hingga 55 tahun, meskipun jumlah pastinya tidak disebutkan.
Dinas Kesehatan Toraja Utara terus melakukan berbagai upaya medis bagi para penderita HIV/AIDS. Yety menjelaskan bahwa penanganan kasus ini memerlukan keterlibatan seluruh pihak, termasuk Dinas Sosial dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Selain itu, Dinas Kesehatan juga aktif turun ke lapangan untuk memberikan obat kepada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) serta melakukan sosialisasi di Tempat Hiburan Malam (THM).
Pola Penularan yang Dominan
Pola penularan HIV di wilayah ini didominasi oleh hubungan seksual berisiko, terutama hubungan lelaki suka lelaki (LSL). Dalam data terbaru, pola ini mencatat 572 kasus, hampir separuh dari total kasus baru. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan jalur penularan lain seperti pelanggan pekerja seks (59 kasus), ibu hamil (54 kasus), pasangan ODHIV (52 kasus), maupun pekerja seks perempuan (22 kasus).
Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, dr Ishaq Iskandar, menegaskan bahwa pencegahan menjadi kunci utama dalam menghadapi penyebaran HIV. Ia menekankan pentingnya menjaga kesetiaan dalam hubungan, menghindari seks bebas, serta menghindari perilaku seks menyimpang. Faktor-faktor ini menjadi penyumbang utama penyebaran virus HIV.
Mayoritas Penderita Berusia Produktif
Data menunjukkan bahwa 74 persen pasien HIV di Sulawesi Selatan adalah laki-laki, sementara perempuan mencakup 26 persen. Dari sisi usia, 51 persen pasien berada dalam rentang usia 25–49 tahun, 37 persen di usia 15–24 tahun, 7 persen pada anak-anak di bawah 15 tahun, dan 5 persen di atas 50 tahun. Artinya, epidemi HIV di Sulawesi Selatan terutama menyerang kelompok usia produktif, yang berpotensi menurunkan daya saing ekonomi jika tidak segera ditangani.
Dari segi wilayah, Makassar mencatat 563 kasus atau 46 persen dari total kasus di provinsi ini. Gowa berada di posisi kedua dengan 119 kasus, disusul Palopo dengan 79 kasus, Bone dengan 46 kasus, dan Toraja Utara dengan 42 kasus. Kabupaten dengan angka terendah adalah Enrekang dengan 7 kasus, Luwu Utara dengan 8 kasus, dan Pangkep dengan 9 kasus.
Tantangan dalam Penanganan
Selain penularan melalui hubungan LSL, penularan HIV juga ditemukan melalui jarum suntik (3 kasus), transfusi darah terkontaminasi, serta dari ibu ke bayi melalui kehamilan, persalinan, atau pemberian ASI. Pemerintah menghadapi tantangan dalam menjangkau kelompok kunci seperti LSL, di mana strategi harus inklusif namun tetap memperhatikan sensitivitas sosial dan norma budaya.
Edukasi berbasis komunitas dengan melibatkan pendidik sebaya disebut bisa menjadi solusi. Kombinasi pencegahan kini terus digencarkan, mulai dari penggunaan kondom dan pelicin, skrining dan pengobatan IMS, distribusi alat suntik steril, hingga terapi rumatan metadon.
Jika tren peningkatan rata-rata 152 kasus per bulan terus berlanjut, Sulawesi Selatan berpotensi menembus 1.800 kasus baru hingga akhir 2025. Angka ini menjadi alarm serius bahwa epidemi HIV/AIDS di Sulawesi Selatan masih jauh dari terkendali.